Tiap orang memiliki cara untuk menyampaikan kritikan, kali ini lewat puluhan karikatur, sebuah akun Facebook milik Arthur Wottschel berhasil membuat malu. Lihat sindirannya.
Sebuah gambar bumi yang seolah sengaja dibakar. Global Warming menjadi isu serius kali ini. Dan karikatur ini sukses menjadi pusat perhatian.
Gambar ini mengingatkan kita akan adanya polusi udara hingga kritik akan penggunaan zat kimia untuk makanan-makanan alami.
Gambar
ini tampaknya benar-benar menohok. Tak sedikit orang lebih banyak
menutup diri, enggan keluar untuk bergaul. Bergaulnya hanya melalui
media sosial.
Tak
sedikit orang lebih memilih jalan yang berliku dibandingkan jalan lurus
di kehidupan sehari-hari. Melewati jalan lurus memang lebih butuh
banyak perjuangan.
Memanfaatkan
peluang. Pembuat karikatur tampaknya memberikan pesan bahwa buku
bermanfaat untuk membuat kita makin tinggi, makin memiliki wawasan lebih
luas dari tembok penghalang di depan kita.
Di
kehidupan sehari-hari memang sering ditemui banyak orang yang memakai
topeng dalam bergaul. Mereka bukan lagi menggunakan karakter dan
perilaku diri namun menyiapkan bahkan memilih meniru orang lain, artis,
selebriti atau tokoh. Bagaimana dengan Anda?
Orang
dewasa cenderung ingin menyamakan semua isi pikiran atau benak
anak-anak, padahal tiap anak-anak diciptakan unik, memiliki kepandaian
dan kreativitas yang berbeda satu di antara yang lain.
Buku ditinggalkan yang dibutuhkan hanya gadget, gadget dan gadget.
Di manapun setiap orang seolah tak bisa lepas dari gadget.
Menolong hanya untuk pamer.
Gadget seolah tak bisa lepas dari tangan kita.
Seniman jalanan hanya difoto untuk dapat like dan smile bukan memberinya uang apresiasi. Uang adalah sesuatu riil yang dibutuhkan para seniman jalanan untuk menyambung hidup.
Kecanduan gadget sampai kayak gini.
Begini jadinya bila tak bekerjasama justru berseteru.
Gambaran hidup orang yang selalu saling menjatuhkan. Akhirnya sama-sama celaka.
Menggambarkan orang yang tak sadar mencari uang tapi telah mempertaruhkan nyawanya. Kenekatan, tak peduli kesehatan, dll.
Menggambarkan tentang pendidikan yang mahal.
Karikatur
tentang kurangnya rasa syukur, orang miskin yang memiliki cinta sejati
membayangkan seseorang yang punya pasangan kaya raya. Sebaliknya yang
kaya menginginkan cinta sejati. Gambar bawahnya si miskin dengan banyak
anak mendambakan kekayaan sementara si kaya mendambakan anak.
Sekelompok
orang yang terpecah dan memiliki keinginan sendiri-sendiri. Nekat
mengarungi lautan luas dengan ombak besar menggunakan kapal-kapal kecil.
Kapal besar mereka potong-potong, saling meninggalkan tak peduli orang
lain.
Sepertinya mau menolong ternyata hanya pamrih untuk mendapatkan hartanya. hal ini sering terjadi di kehidupan sehari-hari.
Karikatur yang menohok, kekayaan berlimpah hingga tak bisa melihat kemiskinan di sekitarnya.
Orang kaya makan enak, orang miskin makan piring. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin masih terjadi di bunia ini.
Orang
yang digambarkan sangat berkuasa sengaja memampetkan keran air untuk
anak kelaparan. Sebuah sindiran yang sama persis dengan kondisi saat
ini. Tak jarang terdengar kabar pekabat tinggi atau orang berkuasa yang
menutup kucuran bantuan untuk orang miskin.
Nyawa seolah tak ada harganya.
Kecanduang gadget akut sampai-sampai tak sadar tumbuhan merambat di tubuh gadis ini. Sindiran yang menohok.
Merokok itu membakar uang.
Gunduli hutan demi kekayaan, harta atau uang berlimpah bagi segelintir orang.
Gambar sindiran bagi para tenaga medis, yang seolah bekerja hanya karena uang.
Persepsi media yang sering melenceng dari kenyataan.
0 comments:
Post a Comment